The Power of Description of Ali's Longing for his Mother |

BJI_01.jpg


After reviewing Putri Zuhra's writing, the article from student Basri Daham Journalist (BJI) that I will review is the work of Muhammad Nur Khatami. Khatami's short article opens with a character named Ali who is pensive in the silence of the night remembering his mother.

Khatami has the power of describing an atmosphere and location. It presents a detailed picture to the reader's mind, as if watching a video that is lively, colorful, and gives a strong impression.

Khatami has editing powers so his writing doesn't need to be edited anymore. I only changed a few words according to the Big Indonesian Dictionary (KBBI) and added punctuation in the title. Khatami has met the requirements to become an editor.

I don't hesitate to give 100 marks for his task of describing a feeling of love, me, and longing without using these three phrases in his writing. Khatami is a new talent at BJI who will succeed in becoming a great journalist if he is able to maintain consistency.[]

Ali, Mother, and the Leaking Roof

By Muhammad Nur Khatami

Ali pondered in the silence of the night, his tired eyes staring at the ceiling of his room. The clock showed 02.03, but sleep still refused to take him. In this simple room, Ali's childhood memories seem to come to life.

While he lay there, his thoughts drifted far into the past. He remembered that when it rained he heard his mother's footsteps rushing to the kitchen and taking a pan to catch the rainwater in her room, because at that time the roof of Ali's house was leaking everywhere.

Ali was lost in happy memories of how his mother swiftly placed pots in every corner of his room to avoid puddles of water on the dirt floor. The pot became a simple shield for their home, protecting it from the unforgiving cold of the night rain. He could feel the vibration of his mother's footsteps, a presence that gave him peace in the middle of the night.

In that loneliness, he remembered how his mother taught him the meaning of responsibility. Even though it is simple, her action is a symbol of how a mother's swift hands create protection for her family. In the midst of the chaos of everyday life, Ali finds beauty in every mother's service.

As time passed, togetherness in overcoming life's shortcomings shaped Ali into a strong person who was full of appreciation for every small moment.

His mother was a role model every step of the way, leading him to become a successful entrepreneur.

In the end, Ali felt his eyelids starting to get heavy even though his mind was still wandering elsewhere. He feels protected by the beautiful memories and love of a mother from his childhood. With a smile on his lips, Ali finally fell asleep, carrying those memories as his loyal companion under the shady night sky.[]


BJI_02.jpg

BJI_03.jpg


Kekuatan Deskripsi tentang Kerinduan Ali kepada ibunya

Setelah mengulas tulisan Putri Zuhra, artikel yang dari mahasiswa Basri Daham Journalist (BJI) yang akan saya ulas adalah karya Muhammad Nur Khatami. Tulisan singkat Khatami dibuka dengan seorang karakter bernama Ali yang termenung di keheningan malam karena mengingat ibunya.

Khatami memiliki kekuatan deskripsi sebuah suasana dan lokasi. Ia menghidangkan gambaran detail ke benak pembaca, seolah melhat sebuah video yang hidup, berwarna, dan memberi kesan kuat.

Khatami memiliki kekuatan editing sehingga tulisannya tidak perlu diedit lagi. Saya hanya mengubah beberapa kata yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan menambah tanda baca di judul. Khatami sudah memenuhi syarat menjadi editor.

Saya tak ragu memberi nilai 100 untuk tugasnya mendeskripsikan sebuah rasa cinta, saya, dan rindu tanpa menggunakan ketiga frasa tersebut dalam tulisan. Khatami seorang talenta baru di BJI yang akan berhasil menjadi jurnalis hebat jika mampu menjaga konsistensi.[]

Ali, Ibu, dan Atap yang Bocor

Oleh Muhammad Nur Khatami

Ali merenung dalam keheningan malam, matanya yang lelah menatap langit-langit kamarnya. Jam menunjukkan pukul 02.03, tetapi tidur masih enggan menjemputnya. Di dalam kamar yang sederhana ini, kenangan masa kecil Ali seakan hidup kembali.

Sementara ia terbaring, pikirannya melayang jauh ke masa lalu. Ia teringat saat hujan turun terdengar langkah ibunya yang bergegas menuju dapur dan mengambil panci untuk menampung air hujan di kamarnya, karena pada saat itu atap rumah Ali bocor dimana-mana.

Ali hanyut dalam kenangan indah tentang bagaimana ibunya dengan sigap menempatkan panci-panci di setiap sudut kamarnya untuk menghindari genangan air di lantai yang masih beralas tanah. Panci itu menjadi perisai sederhana bagi rumah mereka, melindunginya dari dingin hujan malam yang tak kenal ampun. Ia bisa merasakan getaran langkah ibunya, sebuah kehadiran yang memberikan ketenangan di tengah malam.

Dalam kesendirian itu, ia teringat bagaimana ibu mengajarkannya arti tanggung jawab. Meski sederhana, tindakannya menjadi simbol bagaimana sigapnya tangan seorang ibu yang menciptakan perlindungan bagi keluarganya, di tengah kekacauan kehidupan sehari-hari, Ali menemukan keindahan di setiap jasa ibu.

Seiring waktu berlalu, kebersamaan dalam mengatasi kekurangan hidup membentuk Ali menjadi pribadi yang tangguh dan penuh penghargaan terhadap setiap momen kecil.

Ibunya menjadi panutan di setiap langkahnya hingga mengantarkannya menjadi seorang pengusaha sukses.

Pada akhirnya, Ali merasakan kelopak mata yang mulai berat meski pikirannya masih menerawang kemana-mana. Ia merasa dilindungi oleh kenangan indah dan kasih seorang ibu di masa kecilnya. Dengan senyuman di bibirnya, Ali akhirnya meraih tidur, membawa kenangan itu sebagai teman setianya di bawah langit malam yang teduh.[]


BJI_04.jpg



0
0
0.000
3 comments