The Old Legend Serambi: Hana Gata Hana Rame |

Harian Serambi Indonesia genap berusia 31 tahun pada Februari 2020 ini. Momen ini tidak hanya dirayakan karyawan dan jurnalis Serambi saja, tetapi secara khusus oleh mantan karyawan dan mantan jurnalis yang tergabung dalam The Old Legend Serambi.

Secara khusus, The Old Legend Serambi atau OLS membuat reuni di Banda Aceh, 27-28 Februari 2020. Mantan jurnalis dan mantan karyawan yang bekerja di bidang bisnis, datang dari berbagai daerah dengan biaya sendiri. Ada yang datang dari Jakarta, Medan, dan dari berbagai daerah di Aceh.

Semua datang untuk merayakan kenangan, merayakan persaudaraan, dan ikut mendukung Serambi sebagai surat kabar terbesar di Aceh yang tetap eksis di tengah gempuran teknologi informatika.

Tema yang diangkat dalam reuni The Old Legend Serambi; Hana Gata Hana Rame yang berarti tanpa Anda tidak seru!

Mantan wartawan Serambi kini menempuh berbagai profesi. Mereka ada yang pernah dan masih menjadi Bupati seperti Mustafa A Glanggang yang pernah menjabat Bupati Bireuen, Akmal Ibrahim yang menjabat Bupati Aceh Barat Daya untuk periode kedua. Ada juga M Amru yang kini menjabat Bupati Gayo Lues. Beberapa lainnya yang sudah almarhum juga pernah menjadi bupati di beberapa Kabupaten menunjukkan kader Serambi berkualitas menjadi pemimpin.

Selain itu, ada yang sudah menjadi guru besar seperti Prof Andalas yang juga hadir dalam peringatan 31 tahun Serambi sekaligus reuni. Beberapa lainnya, seperti Harun al Rasyid, Rusdy Abubakar, Nazli Ismail, sudah menjadi doktor di Universitas Syiah Kuala dan Malikussaleh. Mereka juga sedang menuju guru besar.

Keberhasilan Serambi mempertahankan eksistensi dengan oplah tinggi di tengah gempuran media online, sungguh luar biasa. Media besar lain mulai berguguran, Serambi tetap bertahan. Ini tentu berkat kerja keras karyawan Serambi dan juga budaya mengonsumsi informasi masyarakat Aceh.

Acara reuni tidak terlalu formal. Setelah berkumpul di Solong Premium Coffee Shop, kami menuju kantor Serambi. Di sana melepas kangen dan saling mengingat kembali, kemudian makan siang dan melihat kantor Serambi yang kini cukup menyerang dan kuat. Salah seorang guru jurnalistik saya, Yarmen Dinamika, menyebutkan kekuatan kantor Serambi mampu menahan gempa berskala di atas 100 SR. Setelah salat Dhuhur, The Old Legend pun bubar.