The Sultan and The Saint:Perang dan Persahabatan
(Edited)
Jika Anda menyukai sejarah agama, mungkin filem "the Sultan and Saint," yang rilis pada tahun 2016 ini layak berada di daftar film yang musti anda tonton. Saya awalnya menganggap filem ini berupa konspirasi sejarah agama pada masa lampau, tapi anggapan saya berubah setelah melihat mereka yang terlibat dalam filem ini berupaya untuk menyampaikan apa yang sebenarnya terjadi pada abad ke-13. Filem dokumenter ini berkisah tentang Sultan Al-Kamil (keponakan Salahuddin Al Ayubi), raja Mesir pada abad ke- 13 dengan Santo Fransiskus di tengah kecamuk perang salib kelima. Perang yang berlangsung selama dua abad yang pada prinsipnya bukanlah perang agama, melainkan perang memperluas kekuasaan Salibi. Nah, lewat kejiniusan sutradara dalam mendaur ulang sejarah lewat cerita visual yang dibangun setidaknya bisa menjadi contoh bagaimana dialog antar agama telah mengantar dua tokoh yang beda kenyakinan ini berteman baik. Seperti halnya filem dokementar, di film ini juga ikut diwawancarai beberapa pendapat ahli dari kedua belah pihak tentang kiprah atau peran Sultan Malik Al Kamil dan Santo Fransiskus Assisi dalam upaya perdamaian, di samping mempertegas kenyakinan masing-masing.
Tekad Sang Santo
Filem ini bukanlah semata-mata tentang perang salib dan proganda tapi lebih kepada proses untuk menghentikan perang yang sedang berlangsung di Damietta pada tahun 1219. Damietta merupakan wilayah yang berdiri di pinggir sungai nil dimana tentara salib sedang bernafsu menaklukkan kota tersebut dan akan berlanjut ke seluruh wilayah Mesir. Di filem ini Fransiskus yang menjadi santo setelah bertaubat dari segala kehidupan liarnya di Asisi Italia juga pernah menjadi tentara salib berupaya keras untuk mengakhiri perang yang menurutnya bukan semata-mata untuk menyebarkan ajaran kenyakinan Kristen. Awalnya mendapat pertentangan keras dari tangan kanan Paus, namun pada akhirnya dia diizinkan. Fransisku pun berangkat bersama kawannya Bruder Illuminatus ke perkemahan Sultan. Sadar akan segala resiko yang bakal dihadapinya, ia dan rekannya tak mengurung niat untuk menghadapi sang Sultan. Namun apa yang diperkirakan berbalik. Sesampainya di perkemahan, sang Sultan berkenan menemui Fransiskus, dijamu dengan baik dan diizinkan untuk melihat bagaimana tentara muslim melaksanakan kewajiban agamanya.
Meskipun tujuan Fransiskus tidak terwujud, tapi pertemuan mereka itu telah menciptakan hubungan yang baik, keduanya saling menghormati dan mengagumi. Fr. Michael Cusato berkata dalam film ini yang mewakili lembaga "Interfaith Exchange" kedua orang itu bersaksi peran tuhan di dalam kehidupan mereka dan bisa "dalam perspektif lain juga mengakui Tuhan mengatur kehidupan mereka." Setelah apa yang disaksikan di perkemahan Al Kamil, Fransiskus menganjurkan pengikutnya agar hidup damai dengan umat Islam, bila benar tujuan perang ini untuk mengabarkan injil di dunia Arab, maka biar dia dan pengikutnya yang melakukannya. Namun, tangan kanan Paus itu tidak merestuinya, karena paradigma yang dibangun adalah hanya dengan peranglah, kenyakinan bisa diubah. Sang sutradara berharap dengan hadirnya filem ini setidaknya bisa menjadi model bagaimana Muslim dan Kristen bisa bertemu satu sama lain untuk menghindari konflik agama sebagaimana telah dicontohkan oleh mereka terdahulu.
Sultan Al Kamil dan Fransiskus.
Perhatian Sultan Malik Al Kamil Kepada Prajurit Salibi
Setelah kedua belah pihak tidak menemukan kesepakatan. Fransiskus masih teguh untuk menghentikan perang. Di sisi lain, panglima perang salib menyakini kesempatan terbuka lebar untuk menaklukkan Mesir. Sementara, Sultan Malik Al Kamil resah bagaimana perang ini harus dimenangkan. Bukan seorang Sultan namanya, bila tidak bisa membaca pesan Tuhan, secara tak sengaja dia menampik cangkir sehingga airnya tumpah ke peta pasir. Dia berpikir beberapa lama, lalu di saat malam tiba, Sultan bersama prajuritnya menggali pinggir sungai Nil karena mereka tahu air sungai yang pada musim tertentu bisa meluap ke daratan. Mengingat tentara Salibi sebagai pendatang tentu tidak tahu keadaan wilayah Damietta atau perubahan arus sungai. Pada paginya, para tentara salibi dikepung air dan menyisakan lumpur di seluruh perkemahan mereka. Kondisi ini membuat mereka tersandera. Jangankan untuk kembali bertempur, untuk bertahan hidup saja sangat sulit. Ini menjadi kesempatan buat pasukan Al Kamil untuk membumi hanguskan tentara salibi yang sudah tak berdaya, karena lumpur dan kelaparan berhari-hari telah membuat tentara Salibi lumpuh, namun Sultan tidak melakukankannya. Dia memerintah kepada prajuritnya untuk mencari makanan terbaik, setelah dia memastikan semua makanan itu layak dan selanjutnya memerintah para tentara Islam menuju kamp Salibi untuk membagikan makanan dan minuman kepada mereka. Atas kebaikan sang Sultan, para Salibi akhirnya meninggalkan Damietta.
Pertemuan Dengan Al Kamil Menginspirasi Santo Francis
Setelah tiba di kampung halamannya, Fransiskus jatuh sakit. Di atas pembaringan dia menyuruh pembantunya untuk menulis apa yang telah dialaminya selama berada di perkemahan prajurit muslim dan hubungan baiknya dengan sang Sultan. Meskipun dikenal sebagai Santo, Fransiskus memiliki sikap terbuka terhadap umat muslim. Di saat berada di perkemahan Al Kamil, dia terkesan dengan ketaatan prajurit muslim saat menyahuti suara azan. Ia tidak sekedar mengaguminya namun dia menghadirkan kepatuhan yang sama dengan ajaran kristen sesuai dengan apa yang telah dipersaksikannya di Damietta tepatnya di perkemahan Al Kamil.
Penutup
Sejarah telah mencatat bahwa ruang dialog selalu terbuka bagi siapapun yang memiliki itikad baik untuk mengkahiri gejolak sebagaimana telah didokumentasikan lewat filem the Sultan and the Saint pada abad ke-13 tentang bagaimana seorang sultan Malik Al Kamil, yang oleh Richard si Hati Singa menjulukinya ksatria di Acre sesungguhnya mencintai perdamaian. Sikapnya itu diwujudkan ketika dia menjadi Sultan Mesir dimana jaminan kebebasan beragama diberikan ke kaum minoritas di wilayah kekuasaannya, seperti yang telah dicontohkan oleh pamannya Salahuddin Al Ayubi setelah penaklukan Jerussalem. Untuk filem ini saya memberi rating 7.5 karena ini bukan filem dokemnter biasa tapi sarat dengan pembelajaran dan pelajaran sejarah agama yang harus selalu diingat sekaligus bisa menjadi acuan terhadap bagaimana sebuah konflik bisa diselesaikan dengan damai. Dengan ditampilkan beberapa pendapat ahli dari kedua belah pihak terhadap catatan sejarah yang mereka pelajari, menjadikan filem dokumentar ini layak untuk ditonton kemudian dijadikan model bagaimana konflik antar agama bisa diselesaikan. Pada bulan Februari 2017, Filem “the Sultan and the Saint” mendapatkan penghargaan filem agama terbaik Calcutta International Cult Film Festival, di India Selamat menonton!
Review film ini juga pernah dimuat di media aceh trend
0
0
0.000
Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq
Peu ta muat lom bak aceh.news teuma... ha ha ha... pajan lon cok teuma file film nyan... galak teuh ta nonton.. he he
hanjeut neunonton filem nyan, takot ciret intreuk,hahaha
oman. padahai ilon pih hawa keuneuk nonton. tp nyon nyan risiko jih, kakeuh hana jadeh lah
Congratulations @abduhawab! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!
Betul seperti yang bang @abduhawab sebut di awal postingan. Saya setuju, film ini memang layak di tonton, sikap dari sang sultan yang baik hati, apalagi saat memerintahkan prajuritnya mencari makanan yang layak di makan, dan membagikan makanan kepada prajurit salibi. Banyak pesan moral yang bisa di ambil lewat kisahnya. Penuh nilai toleransi meski beda keyakinan, itulah sikap yang di perlihatkan sultan. Intinya film "The Sultan And The Saint", sangat di rekomendasikan untuk di tonton.
...dan juga bisa dijadikan acuan bagaimana pendahulu kita menghargai toleransi antar perbedaan. Betul, selamat menonton
Tepat sekali bang, tak puas rasanya kalau belum menonton adegannya 😃
Do you know "What you can get in 1 Steem"?
Welcome to SteemIncome a lifetime Upvote Service to increase your post Reward. You can get daily upvote on your post by just Purchasing SI Shares. You can purchase "One SI Share in 1 Steem".
Benefits of SI Share
For Complete Information:
https://steemit.com/steem-income/@steemincome/steemincome-one-time-payment-for-lifetime-upvote
Posted using Partiko Android