Morning in Ho Chi Min City

Pagi di negara lain adalah hal yang selalu saya sukai. Tentu saja, ini pengalaman untuk melihat ada apa pagi ini dengan masyarakat lokal hendak kerjakan. Setiap negara memiliki kekhasannya sendiri dalam menjalani pagi harinya.

Vietnam yang saya suka adalah kesamaan waktu dengan Indonesia. Hampir keseluruhan bangunan pun tidak jauh berbeda jika diperhatikan sekilas. Kadang, ketika di bus perasaan saya akan mengatakan "oh, kok saya merasa hendak ke jogja ya?" atau "ih kayak dejavu jalan ke Lampung ya?" pemandangan yang membuat saya seperti ada di negara sendiri.

Perbedaannya tentu saja ada. Tidak ada yang berkerudung/atau berhijab yang bisa ditemukan lalu lalang. Akan saya temukan jika saya makan di restaurant halal dan itupun dengan wajah Timur Tengah dan Melayu.

Jika pergi ke taman terbuka, sesekali ada yang berolah raga pagi. Dan alat olah raga yang tersedia di taman digunakan dengan baik. Pedagang asongan yang biasa disebut di Indonesia untuk yang menjajakan dengan berkeliling juga senantiasa mengikuti tourist. Tentu saja wajah saya yang berbeda dari tourist lain diasumsikan berasal dari Malaysia. Kerap mereka akan berbicara melayu sedikit-sedikit.

Ho Chi minh bagi saya masih memiliki udara segar di pagi hari. Belum saya lihat ada truk besar di jalanan kota kecuali bus. Tapi memang kendaraan memenuhi lalu lintas yang tidak ada rehatnya. Selalu macet dan melanggar lalu lintas. Kadang saya menjadi bingung untuk jalan di sisi kiri atau kanan. Di Indonesia kemudi ada di kanan dan berjalan otomatis di kiri sebaliknya di Vietnam.

Berjalan dan menyebrang menjadi hal yang mengejutkan ketika tiba di negara ini. Apalagi ketika berada dalam kendaraan. Saya berpikir kendaraan senantiasa menyalip padahal memang berada dijalurnya. Sadar ketika mobil berlawanan berada di sisi kendaraan yang saya tumpangi.

Pagi hari yang menyenangkan ketika sejenak saya hanya berdiri di trotoar untuk memperhatikan jalanan, kendaraan, orang-orang yang berada dalam jangkauan mata. Beberapa orang akan mengusik ketenangan dengan menawarkan motor untuk keliling atau jualannya yang bisa ditawar. Segala halnya hidup bagi saya. Seakan saya harus mengikuti lingkaran hidup mereka yang selalu bergerak. Maka saya akan berjalan tanpa arah sampai sejauh satu kilometer. Berharap mungkin ada tempat bagus yang bisa didatangi. Atau, makanan halal yang bisa saya makan.

Saya yang terbiasa di kota besar mungkin biasa saja menjalani hari-hari di Ho Chi Minh. Lalu lintas macet, kendaraan yang saling berebutan cepat sampai jika memakai istilah saya. Kadang hanya demi berpacu dengan waktu, buka google map seberapa jauh jarak yang harus saya tempuh antara kendaraan dengan jalan kaki. Jika berjalan kaki sampai tiga puluh menit, saya akan memesan grabbike. Jarak yang dekat semasih satu sampai dua kilo meter saya akan jalan kaki. Atau, naik bus jika di map bisa ditempuh dengan cepat tapi dengan catatan bahwa jalanan yang akan dilalui bus bukan area macet.

Ho Chi Minh kota yang hidup dimulai awal hari dan masih hidup sampai malam sudah larut. Negara ini juga memiliki waktu yang sama dengan Indonesia dan saya tidak memiliki kesulitan beradaptasi dengan waktu setempat. Pagi hari yang segar dan menyenangkan untuk dilalui sampai tiba siang hari yang terik dengan hawa yang sangat panas.

Posted using Partiko Android