Nongkrong di Atap, mikir🐙

avatar

szcze5vans.jpg

minggu sore nggak pake hujan, beliau duluan😁


Salam Temans

Nggak tahu kenapa, jadi nggak mood bikin postingan akhir2 ini. Nggak sibuk dan nggak ada masalah juga, main game alakadarnya, baca webtoon yg nggak pernah lupa😀. Sudah juga belanja belanji buat kebutuhan bulanan warung dan nggak banyak spot foto yang asyik buat diceritain.

Syukurlah, pohon rambutan masih mau berbuah meskipun tidak seheboh tahun lalu. Cukup banyak untuk dihabiskan berdua.. hehehe😊 tetangga kan punya pohon masing2, jadi ya nggak perlu bagi-bagi😉 palingan kalau pengen juga manjat sendiri.

Banjir, Magnet dan Natuna

Awal tahun 2020 bagi sebagian warga provinsi DKI, Banten dan Jawa Barat menjadi cerita pilu. Curah hujan tinggi dan sistem drainase yang tidak cukup baik membuat banyak orang terjebak banjir bahkan di rumah sendiri. Sementara itu beberapa desa yang berada di dekat Taman Nasional Gunung Salak-Halimun mengalami banjir bandang dan likuifaksi/pergerakan tanah. Korban berjatuhan dan akses untuk mengirim bantuan pun jadi tantangan tersendiri.

kalpwxegdb.jpg

berkah banjir di komplekku, segala ikan air tawar mudah ditangguk dari got yang sesungguhnya aliran sungai.


Sementara itu di tanah lahirku, orang-orang sibuk membahas fenomena alam semu, magnetisme punggung bukit😁 kupikir karena kebanyakan baca komik selama 4 bulan terakhir ini, caraku bereaksi terhadap berbagai berita dan cerita semakin banyak berubah. Sebagai orang yang pernah bekerja sebagai reporter radio selama beberapa tahun, tak mudah bagiku menerima kehebohan dan larut dalam centang perenang informasi campur-aduk. Perhatikan saja, kualitas berita dan cerita itu selalu ada hubungannya dengan uang lhoo😉.

Di facebook, orang memaki, menyindir, menganalisis dan berkomentar lucu tentang penjaga pantai China yang ngotot masuk ke ZEE Indonesia di Laut Natuna. Lihat bagaimana para pejabat berkomentar, tidak ada beda namun tidak pula ada yang sama. Lalu media massa mengolah dn mengemasnya dengan selera masing-masing, membuatnya jadi lebih penting dibahas daripada perkara bencana banjir yang mungkin terulang lagi. Sentimen anti-china dan solidaritas terhadap muslim uyghur menemukan picunya.

q25mgdoncj.jpg

aku masih nongkrong berdua di bawah pohon rambutan rapiah, di atap warung kecil kami.


Sambil makan rambutan tanpa gangguan dari kucing-kucing yang biasanya suka ngekor, aku memikirkan kehidupan dan orang-orang.

Kesepian, Jomblo dan depresi

Kawan onlineku dari seberang lautan, lain benua menderita kanker otak. Sebelum divonis kanker otak 2 bulan lalu, dia sudah menderita penyakit yang lain selama 5 tahun terakhir. Masalah kesehatan membuatnya tidak bisa bekerja dan terus berada di rumah. Satu-satunya akses ke dunia luar hanya melalui sosmed atau internet.

Aku sudah membaca banyak artikel di steemit tentang orang-orang yang berjuang melawan sakit yang mereka derita, kondisi ekonomi negara yang porak-poranda, ketidak hadiran orang-orang dekat saat berjuang untuk bertahan hidup dan sebagainya. Beberapa orang yang kukenal di steemit pun sudah meninggal dunia dalam perjuangan melawan sakitnya.

Ada orang-orang yang kesepian, memilih untuk tetap sendiri dan juga ada yang tak punya pilihan selain menjomblo. Orang punya alasan masing-masing. Sebelum akhirnya menikah di usia 41 tahun, aku menikmati "kesendirian" bukan "kejombloan" dengan asyik. Sebab aku tidak pernah kesepian.

Aku tak paham tentang rasa kesepian yang dirasakan oleh orang-orang. Aku tak tahu bahwa rasa kesepian itu sama berbahayanya dengan mengisap 15 batang rokok/hari. Yaa.. aku pun merokok, meski sudah tak sampai 15 batang/hari lagi. Dulu, saat masih umur 20-an pun paling banyak sebungkus (12 batang) per-hari.

Aku tidak paham bahwa kesepian bisa erat kaitannya dengan depresi juga. Setelah membaca banyak komik di webtoon, aku sedikit banyak menemukan benang merahnya. Kesepian bisa saja menimbulkan depresi dan depresi menarik orang untuk merasa kesepian. Perasaan kesepian dan depresi ini bisa membuat orang bertindak diluar dugaan. Ada banyak faktor penyebab dan pemicu bahkan ada cara untuk mengenali gejala awal depresi dan kesepian ini.

03z7vapo72.jpg

foto milik adikku saat belajar fotografi 10 tahun lalu


Lahir dalam keluarga besar, tidak punya masalah dalam kehidupan sosial, membuatku tak mudah paham bagaimana orang bisa merasa kesepian😯. Bertahun-tahun aku tinggal sendiri (doktor-mondok di kantor) dan berpindah-pindah (nomaden terpaksa, nggak sanggup bayar sewa kamar😂) namun tak pernah kesepian😊 karena temanku di mana-mana, besar kecil tua muda, kaya miskin laki perempuan, dunia nyata dunia maya (kadang2 ada juga setan2 usil kujadikan teman becanda).

Saat ada temanku yang mengaku kesepian, aku jadi bingung harus bereaksi seperti apa. Apakah dengan menemaninya bicara selama beberapa waktu, cukup? Apakah keberadaan seseorang (secara fisik atau tak kasat mata) bisa mengatasi rasa kesepian? Apakah rasa kesepian itu bisa ditimbuljan oleh sikap orang-orang di sekitar kita?

Kepikiran tentang korban perundungan/bullying, apa yang mereka rasakan saat semua orang mengabaikannya? Apa yang dipikirkan orang-orang yang dikucilkan, dipenjarakan? Mungkin aku bisa menemukan jawabannya lewat komik dan artikel yang kubaca, namun sulit memahaminya bila tak pernah merasakannya sendiri. Oohh.. aku tidak ingin punya pengalaman kesepian dan depresi😊

Yang kupikir adalah bagaimana caraku membantu orang-orang kesepian dan depresi tanpa meninggalkan kehidupanku yang nyaman ini. Dibesarkan dalam lingkungan muslim dan belajar islam dari kecil, aku tidak pernah merasa sendiri dan sepi karena aku percaya Allah lebih dekat daripada urat di leherku. Aku percaya bahwa Malaikat Raqib dan 'Atid selalu menyertaiku. Aku tidak pernah kehabisan ide untuk menikmati waktuku saat sendiri. Meski punya seribuan buku yang kukoleksi dan baca berulang, aku tak pernah bosan membaca Kitabullah. Kalau kita sibuk mengingat Allah dan bersyukur, bagaimana kita bisa merasa kesepian?

mengidap penyakit mematikan kok bersyukur?

Aku tidak paham bagaimana perasaan orang-orang yang mengidap kanker stadium 4😯 saat aku harus naik meja operasi 10 tahun lalu dan selama 4 hari cuma berbaring tak bisa BAB dan ngompol di ranjang rumah sakit, keluargaku mengurusiku dengan baik. Selama 4 hari itu, aku terus bersyukur terhadap kondisiku. Aku tak sempat marah pada keadaan itu. Aku bersyukur bahwa akhirnya aku bisa BAB dengan lancar tanpa harus campur tangan dokter. Aku bersyukur bahwa aku masih hidup dan bertemu keluargaku. Aku bersyukur bahwa aku masih bisa berpikir meski sempat tak bisa bergerak karena kesakitan.

Lalu bagaimana dengan yang mengidap penyakit mematikan? Soal biaya pengobatan dan rangkaian therapy yang bikin emosi turun naik dengan cepat seperti naik roller coaster? Rasa sakit tak berkesudahan, bagaimana mensyukurinya?

Entah!

Aku tak tahu... karena aku tak mengalaminya. Tapi aku bersimpati, ceritakanlah... agar aku tahu.



0
0
0.000
4 comments
avatar

Hi, @cicisaja!

You just got a 0.14% upvote from SteemPlus!
To get higher upvotes, earn more SteemPlus Points (SPP). On your Steemit wallet, check your SPP balance and click on "How to earn SPP?" to find out all the ways to earn.
If you're not using SteemPlus yet, please check our last posts in here to see the many ways in which SteemPlus can improve your Steem experience on Steemit and Busy.

0
0
0.000