lupa saya ini bunga apa😂 ingetnya cuma itu daunnya bagus deh buat makanan kambing

---

Salam sTEeMiANs😇

Malam Minggu kemarin ngobrol sama suami tentang hal-hal serius terkait sihir dan makhluk ghaib seperti jin dan iblis😀 hiiyy syerem yaa😂 kok malam mingguan bahasnya soal gituan😉 gegara saya baca komik horor sambil ngakak siy.

Ngobrolin soal dunia beda dimensi dan baca komik 2 dimensi itu bikin kenangan masa kecil ikutan nongol 😁 terutama masa SD yang sudah terlupakan karena kejadian-kejadian tak terduga dan bikin trauma😊 namun saya anggap remeh waktu itu. Setidaknya Saya jadi paham apa yang pernah saya alami, meski diabaikan, pada suatu saat tetap muncul efeknya.

Kenangan itu seperti bunga, meski mekar dari ranting yang sama, namun keindahannya berbeda dan dipengaruhi oleh suasana kebatinan serta sudut pandang pelaku, yang terlibat dan pemerhatinya. Bunga itu mirip dandelion kan? Butuh angin dan hujan untuk membantunya tetap tumbuh dan bertahan.

tidak semua membatu seiring waktu

---

Apa asyiknya berputar-putar di ruang kenangan? Tak semua orang bisa menjawab karena tidak semua orang suka pergi reuni😂 tapi yang pasti orang-orang senang berinteraksi, tak peduli ada kategori introvert dan extrovert yang dilabeli para ahli perilaku. Saya nggak begitu paham soal itu juga, entah saya ini introvert atau extrovert... terserah! Saya mudah berteman, mudah membuka diri untuk segala kondisi tetapi bisa sekaligus membangun benteng tebal agar tak ada yg menerobos masuk wilayah kenyamanan saya.

Saya bisa memblokir kenangan indah dan buruk sekaligus, tetapi sesungguhnya tak benar-benar lupa. Tak banyak yg saya ingat tentang masa kecil antara umur 6-10 tahun, karena ada kejadian2 penting yg bisa saya pakai untuk membatasi diri dari dunia luar. Kejadian itu tidak membatu seiring waktu dalam ingatan saya, belakangan ini malah menjelma jadi hantu.

Saya pernah menantang berkelahi seorang anak lelaki yang baru pindah di kelas 4, dia seorang karateka, anak orang kaya dan sekarang hidup dalam kondisi setengah gila (menurut cerita Mamak), dia tidak lulus bersama Saya waktu itu, karena harus mengulang kelas dengan adik saya yg nomor 4. Saya bukan tukang berkelahi😀 tapi tukang gertak. Saya kan cengeng😂 gampang menangis, bisanya cuma membaca dan adu pintar menghapal. Kami nyaris berkelahi betulan sepulang sekolah😂 tak jadi karena dia keburu dijemput pulang. Dari banyak buku cerita yang saya baca waktu itu, saya belajar memenangkan perselisihan dengan kecerdikan ketimbang tenaga. Lhaa, saya kan mungil banget waktu SD, rambut panjang sepinggang itu adalah kelemahan terbesar, lebih baik tak berkelahi, Saya benci dijambak!

Saya sering ikut perlombaan antar sekolah, baca puisi (karena suara saya lantang bukan karena menjiwai 😂), cerdas cermat sebagai jubir karena saya kuat menghapal,tapi kalah karena saya egois mengabaikan bisikan teman pendamping regu😊 dan itu jadi bulan-bulanan Boli si Ketua Kelas sampai sekarang😂 geblek nggak? Saya baca buku RPUL tentang 5 anggota ASEAN, padahal tahun itu anggotanya sudah 6😊 saya bersikeras jawab 5, maka kami kalah di perempatfinal.

Tapi beberapa bulan kemudian, Saya jadi juara lomba bidang studi IPA melawan teman-teman yang belakangan sekelas dengan saya di SMPN 1 Lhokseumawe. Kami nyaris juara umum karena memenangkan 3 bidang dan runner up 2 bidang. Tapi... kegilaan sistem di masa itu tentu bisa dipahami😂 mana mungkin SD Inpres jadi Juara Umum, itu bisa bikin malu SD Negeri favorit. Saya tidak kecewa tuh, soalnya Saya dapat hadiah sekardus buku dari Almarhum Pak Dhe saya yang pengawas sekolah di kecamatan lain. Buku adalah hal yang paling saya sukai sejak bisa membaca. Perpustakaan adalah lokasi favorit saya untuk berkhayal😂.

Apa saya punya cita-cita waktu SD? Hmmm.. saya pikir saya ingin jadi Diplomat, Detektif, Atlit Sepak Bola atau Atletik, Guru, PNS atau apalah.. saya tidak punya cita-cita khusus yang saya ingat, tetapi jadi petani salah satunya. Kalau kau sering baca buku cerita tentang kehidupan anak transmigran, kupikir itu cita-cita paling mulia.

Caturwulan terakhir di SD, aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan belajar kelompok dengan teman sekelas dan teman sepermainan yang beda sekolah. Hanya 3 orang dari SD kami yang diterima di SMPN 1. Tidak ada perpisahan sekolah, tidak ada pengumuman juara sekolah😆 Saya ikut Mamak mengambil ijazah dan NEM sekitar pukul 11 siang, sekolah sepi dan satu-satunya teman yang saya jumpai dan memberi selamat adalah Ardiansyah, murid baru yang masuk pada caturwulan 2 kelas 6. Entah bagaimana kabarnya sekarang.

7 tahun di SD Inpres Hagu Selatan, masuk angkatan pertama, lulus pada angkatan ketiga, begitu saja... tidak ada foto bareng apalagi wisuda bareng seperti anak TK sekarang😂 ambil rapor dan ijazah, pulang..jaga adik dan kebun jagung yang saya rawat dengan sepenuh hati di depan kelas, dipanen orang😂😁.

Saya masih bertemu Dekyat, wakil ketua kelas saat berangkat sekolah di SMP, seringnya karena kami terlambat dan Saya membonceng sepedanya😂 dia sekolah di MTsN yang searah dengan SMPN 1. Sebagian besar teman SD bersekolah di SMPN 2 yang berjarak 50 meter dari rumah, kami kadang-kadang bertemu di Stadion atau Lapangan Hiraq saat pelajaran olahraga, tapi kami tak seakrab dulu.

semua bunga indah, meski beda saat berkembangnya

---

Saya benar-benar putus kontak dengan teman-teman SD sejak masuk SMP, bahkan 2 teman yang bersekolah di tempat yang sama pun jarang berinteraksi karena kami tak pernah sekelas. Padahal saya selalu pindah kelas tiap semester😁 dan lebih suka begadang nonton bola ketimbang belajar geometri.

Mungkin...ya mungkin, saya harus bertemu teman-teman SD saya lagi, agar merela bisa membantu saya mengingat masa-masa kecil dulu. Kadang-kadang saya merasa bahwa mereka tidak ingat pada saya seperti saya mengingat mereka. Meski begitu, Saya berharap mereka bahagia.