Menjadi pendonor rutin sudah saya lakukan semenjak tahun 2014 yang lalu. Sebelumnya pernah mendonor namun tidak rutin. Hingga tahun 2019 saya sudah mendonorkan darah sebanyak 18 kali, artinya dalam setahun saya mendonorkan darah sebanyak 3 buah kantung.

Banyak manfaat yang saya rasakan setelah mendonorkan darah. Salah satu manfaatnya yang saya rasakan yaitu badan lebih terasa ringan saat bangun pagi dan pikiran terasa lebih stabil.

Namun beberapa hari yang lalu ketika ibu saya dirawat di rumah sakit Zainal Abidin (RSUZA) karena kekurangan hemoglobin sel darah merah dan sel darah putih (leukosit), stok darah di RS sedang abis begitu juga halnya di Palang Merah Indonesia (PMI). Saat itu saya belum mendonorkan darah karena belum sampai waktu untuk donor darah.

Saya sedikit kecewa dan sempat berpikir, kenapa ketika saya sedang membutuhkan darah, tak ada darah dan relawan yang mau mendonorkan darah. Padahal kota Banda Aceh sangat banyak pengunjung yang rata-rata mahasiswa setiap tahunnya selalu bertambah jumlah penduduknya, namun stok darah tidak tercukupi.

Oleh kejadian itu, saya berkomitmen pada diri sendiri untuk menyimpan darah saya untuk orang tua satu-satunya. Karena setelah kemoterapi kemarin, kondisi ibu saya belum normal. Beliau masih terasa lemah karena nafsu makan yang belum meningkat. Tapi, jika suatu saat kondisi ibu saya sudah normal seperti sedia kala maka saya akan melanjutkan kegiatan sosial saya menjadi pendonor rutin setiap 3 bulan sekali.

Regards,

@albertjester